Selasa, 23 September 2014

Etika Pergaulan Anak dengan Orang Tua


Allah SWT berfirman di dalam QS. Al-Isra ayat 23 :

وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوْا إِلَّا إِيَّاهُ وَبِاْلوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ اْلكِبَرُ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.”  

             Islam merupakan agama syamil, yang sempurna memperhatikan setiap detil kehidupan manusia. Mulai membuka mata di pagi hari hingga kita memejamkan mata. Rasulullah Muhammad saw pun diutus dengan tujuan mulia, sebagai agen perbaikan akhlak manusia, sebagaimana sabda beliau:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ مَكَارِمَ اْلأَخْلَاقِ
“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia”
           
Maka sesuai dengan tujuan pengutusan Rasulullah tersebut, sudah menjadi kewajiban setiap muslim yang mencitai Rasulullah dan mengakui dirinya sebagai pengikut setia beliau untuk senantiasa memperindah diri dengan akhlak mulia.
Salah satu yang utama dari keindahan akhlak Islami adalah yang mengatur tentang etika pergaulan anak dengan orang tuanya. Sebagaimana sudah disebutkan di awal, bahwa seorang anak dilarang mengucapkan kata “ah” kepada keduanya. Maka jika perkataan “ah” saja sudah terlarang bagi seorang muslim, apalagi kata-kata kasar dan makian bahkan tindakan fisik kepada keduanya.      
Muslim yang baik adalah muslim yang paling baik terhadap keluarganya, sesuai sabda Rasulullah saw:
خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ, وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِاَهْلِي
“Sebaik-baiknya kalian adalah yang paling baik kepada keluarganya, dan aku adalah yang paling baik di antara kalian kepada keluarga.”

            Jika tolak ukur kebaikan seorang muslim adalah kebaikannya kepada keluarga, maka keluarga yang paling berhak untuk mendapatkan kebaikan kita adalah orang tua. Mengapa orang tua? Pasti sudah jelas alasannya dan sama-sama kita ketahui semua. Segala kebaikan orang tua hampir menyamai kebaikan Tuhan kepada hamba-Nya, karena orang tua adalah perwujudan Tuhan bagi anaknya. Jika seorang penulis terkenal yang sudah menulis puluhan buku atau novel diminta untuk menulis kebaikan dan kasih sayang orang tua yang sudah melahirkannya, pasti tidak akan cukup waktu dan umurnya untuk menuliskan semua kebaikan itu.      
            Untuk menuliskan betapa besar perjuangan seorang ibu ketika mengandung anaknya saja membutuhkan ratusan bahkan ribuan kata untuk mengungkapkan betapa sulitnya hari demi hari dan bulan demi bulan yang semakin sulit dilalui, namun semua tidak pernah dirasakan, dan kesulitan itupun hilang seiring datangnya harapan untuk memeluk anak tercinta ketika lahir nanti. Belum lagi untuk menggambarkan betapa sakitnya saat Ibu melahirkan kita, yang menurut penelitian ibarat 20 tulang dipatahkan dalam waktu bersamaan atau seperti merasakan 57 del (unit) rasa sakit, sedangkan manusia normal hanya mampu merasakan maksimal 45 del (unit) rasa sakit. Belum selesai sampai di situ usaha orang tua kita, ayah kita harus berusaha sekuat tenaga untuk mencari nafkah demi masa depan kita, meski harus menyingkirkan mimpi-mimpi masa mudanya. Tidak hanya cukup bekerja di waktu siang, malam pun terkadang ibu dan ayah harus bergantian berjaga demi kita. Belum lagi jika kita menangis sepanjang malam, mereka pun harus mengorbankan waktu istirahat mereka, lagi-lagi demi kita anaknya tercinta.
            Mereka mengajarkan kita berbicara, kata demi kata, hingga kita mampu mengucapkan kalimat. Meski kini, apa yang mereka ajarkan kita gunakan untuk mencaci mereka, menyakiti hati mereka dengan ucapan-ucapan kasar. Bisakah kalian bayangkan betapa sakitnya hati mereka jika mereka menerima perlakuan itu dari anak yang mereka rawat dengan penuh kasih dan sayang, sejak ada dalam kandungan, hingga kita sebesar ini?
            Ketika usia kita bertambah, mereka mulai mengajarkan kita berjalan, beberapa kali kita terjatuh, namun mereka tidak putus asa membimbing kita untuk kembali berdiri, hingga kita mulai melangkahkan kaki ini, selangkah demi selangkah, hingga akhirnya kita mulai mampu berlari. Meski kini, ketika dewasa, kita sering malu mendampingi mereka hanya untuk sekadar berbelanja di mall atau mengantar mereka ke luar rumah. Bahkan ketika kaki mereka mulai lemah, mampukah kita untuk menjadi kaki bagi mereka, mampu kah kita bersabar untuk menuntun mereka, seperti yang mereka lakukan ketika kita belum mampu menegakkan kaki ini di atas bumi? Pernahkah kalian merenungkan hal tersebut wahai sahabat?
            Keduanya pun yang memberikan kita makan dengan suapan-suapan kasihnya, ketika tangan ini belum mampu untuk makan sendiri. Meski kini atau nanti ketika keduanya sudah sulit untuk sekadar mengangkat sendok untuk menyuapkan nasi ke dalam mulut mereka sendiri, kita belum tentu ada untuk mereka saat itu. Apakah pernah kalian renungkan juga hal tersebut wahai teman?
            Mereka pula yang berusaha dengan segenap kemampuan untuk memastikan kita mendapatkan pendidikan terbaik, melebihi yang mereka dapatkan dahulu. Meski kini, ketika kita pintar, kita gunakan kepintaran tersebut untuk menganggap mereka bodoh, jadul, ketinggalan zaman. Sadarkan engkau wahai ananda, kepintaranmu itu akibat usaha orang tuamu, apakah pantas kau perlakukan mereka seperti itu?
            Ingatlah anak-anakku tercinta, Allah SWT meletakkan surga di telapak kaki ibumu, agar engkau merendahkan diri dan menundukkan hati di hadapan kedua orang tuamu. Tidaklah pantas seorang anak menyombongkan diri di hadapan orang tuanya, karena segala hal yang dicapai saat dewasa adalah hasil kerja keras orang tuanya. Bahkan Rasulmu pun telah menegaskan bahwa manusia terbaik yang harus mendapatkan penghormatanmu adalah Ibu dan Ayahmu.
            Dan ingatlah, tidak perlu kau singkirkan mereka dari kehidupanmu dengan menghindar untuk berkumpul bersama mereka, berbincan dengan mereka, berjalan-jalan bersama mereka. Dan tidak perlu juga engkau berkata kasar dan menyakiti hati dan fisik keduanya. Karena akan datang saat di mana mereka akan pergi dari kehidupanmu. Ya, mereka pun pada saatnya akan meninggalkanmu selama-lamanya. Dan jika saat itu tiba, janganlah engkau menjadi orang yang paling menyesal di dunia, karena tidak pernah memanfaatkan moment-moment berharga bersama keduanya. Mereka tidak akan selamanya ada di sisimu, maka gunakanlah kesempatan itu sebaik-baiknya, karena itu adalah jalan terbaikmu menuju surga yang Allah janjikan.
            Semoga Allah memberikan kita kesempatan untuk menjadi anak-anak yang mampu berbakti untuk kedua orang tua kita, semoga Allah juga memanjangkan umur keduanya dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah. Dan semoga Allah mengumpulkan kita bersama seluruh keluarga kita di surga-Nya kelak. Aamiiin Ya Robbal Alamin...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar