Cinta,
suatu kata yang tidak akan pernah habis dibahas selama matahari masih terbit,
selama bunga masih bermekaran, selama bulan masih menerangi gelapnya malam,
selama bintang masih menghias cantik langit malam hari, dan selama pria dan
wanita masih mengisi kehidupan di bumi ini. Jutaan kata tidak akan cukup untuk
mendeskripsikan makna cinta yang sejati, yang mampu menjadikan si penakut
menjadi pahlawan sejati, pendiam menjadi penari, bahkan setiap orang yang
mencinta mampu menjadi puitis bak pujangga sejati.
Namun makna cinta hakiki adalah
cinta pada Ilahi, Yang cintanya tak pernah minta kembali, Yang memberi tanpa
harus menagih janji, Yang menyajikan bahkan sebelum dipintakan, Yang memperhatikan
meski terkadang dilupakan, Yang mencukupi meski tanpa balas abdi.
Cinta Ilahi bisa terbukti dengan
mengikuti syariat hakiki, yang membawa pada jalan sejati, menuju keindahan
surgawi yang penuh dengan bidadari. Atau menggiring jiwa-jiwa damai dan suci
bertemu cinta sejati, Allah rabbul Izzati.
Allah Subhanahu
wa Ta'ala berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
"Katakanlah:
"Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah
mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."(QS. Ali Imran: 31)
Untuk mencari cinta sejati dari Dzat
Yang Hakiki, dibutuhkan pengorbanan tinggi, menjalankan setiap kewajiban
sebagai abdi diri, dan melaksanakan setiap sunah sebagai bukti loyalitas
pribadi. Semua itu untuk membuktikan, bahwa diri memang beriman, bahwa diri
pantas mendapat bimbingan, dari Allah Yang Maha Rahman. Dzat Yang pernah
berjanji, dalam sebuah hadits qudsi, melalui lisan yang suci, Muhammad Nabi
yang Ummi, bahwa semua yang dicintanya, akan mendapat bimbingan, dalam pekanya
pendengaran, juga tajamnya penglihatan, baiknya perbuatan, juga jaminan
lurusnya langkah tujuan. Bahkan jaminan terkabulnya semua permohonan dan
jauhnya semua keburukan.
Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda, "Sesungguhnya Allah Ta'ala berfirman:
مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ وَمَا
تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ
وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ
فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ وَبَصَرَهُ الَّذِي
يُبْصِرُ بِهِ وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا
وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ
"Siapa
yang memusuhi wali-Ku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang
terhadapnya. Dan tidaklah hamba-Ku mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu
ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku wajibkan kepadanya. Dan
senantiasa seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu dengan amalan-amalan Sunah
hingga Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya maka Aku menjadi pendengarannya
yang ia gunakan untuk mendengar, penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat,
dan sebagai tangannya yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai kakinya
yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti
Aku akan memberinya, dan jika ia memohon perlindungan kepada-Ku pasti Aku akan
melindunginya.” (HR. Al-Bukhari)
Maka renungkanlah wahai insan
pilihan, yang jiwamu dicintai Tuhan, diciptakan-Nya dirimu dalam rupa yang
menawan. Dititipkannya dirimu dalam pelukan, cinta kasih ayah bunda yang penuh
ketulusan. Dicukupkannya dirimu dengan berbagai kenikmatan, yang kau pintakan
bahkan yang tidak pernah kau pikirkan.
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang akan kau dustakan?
Ingatlah hidup hanya titipan, yang kau jalani dengan
penuh perjuangan, pilihan ada di hadapan, jalan buruk atau baik yang akan kau
jadikan tujuan? Apakah nafsu yang akan slalu kau sertakan, yang akan
menggiringmu ke jalan setan, penuh kesengsaraan dan penyiksaan. Sedangkan Dia,
Tuhan-mu selalu menginginkan kebaikan, menyediakan jalan penuh kenikmatan,
kedamaian dan bidadari-bidadari pilihan, yang diciptakan sebagai pelayan orang
yang beriman.
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang akan kau dustakan?
Masa mudamu akan segera hilang, terbawa umur yang kian
berkurang. Ketampanan dan kecantikan pun akan memudar, menyisakan kerut dan
tangan kasar. Kegagahan yang kau banggakan akan berganti kelemahan. Kesombongan
yang kau tunjukkan akan hilang berganti kehinaan di mata Tuhan. Kebebasan
mengikuti nafsu setan akan berbuah penyesalan, mengapa aku tidak beriman?.
Maka nikmat Tuhanmu manakah yang akan kau dustakan?
Marilah anak-anakku sekalian, ikuti jalan kebenaran,
tinggalkan segala kesenangan, yang hanya akan membawa kesengsaraan. Mungkin
jiwamu masih muda, masih merasa bangga dengan kegagahan, namun ingatlah kisah Ismai
a.s yang sejak kecil sudah beriman. Mungkin kau merasa bahwa umurmu masih
panjang, namun bukankan kematian datang tanpa memandang? Tinggalkan cinta semu
itu, yang penuh dengan tipu daya menggelincirkan. Jauhkan dirimu dari syahwat
duniawi itu, yang akan membawamu ke dalam jurang jahannam.
Ikutilah
jalanku, jalan Ar-Rohman, jalan para Rasul pilihan, jalan Al-Quran sebagai
kitab pedoman, mari kita kejar cinta penuh keimanan, cinta kepada Ar-Rohman, yang akan membimbing
kepada titian ketaqwaan, meski penuh aral dan rintangan, namun yakinlah
anak-anakku sekalian, jika kita teguhkan pendirian, Allah pasti mengumpulkan,
dalam surga penuh kenikmatan. Hanya dengan satu jalan, Jalan cinta kepada
Ar-Rohman.